Trik HADAPI Anak Yang Ngotot


Apa saja yang perlu dilakukan? Berikut di antaranya:

1. Jangan dituruti walau si kecil menangis

Kala si prasekolah ngotot memperjuangkan keinginannya sampai tantrum, seperti nangis-nangis, berteriak atau bahkan berguling-guling, tak perlu dituruti. Apalagi jika ia sudah diberi penjelasan namun tak bisa mengerti keadaan orangtua. Kalau orangtua “menyerah” (karena tak tahan mendengar tangisannya, misal) lantas mengabulkan keinginan anak, ia akan berpikir, “Ah, nanti kalau minta sesuatu, aku nangis aja yang keras, pasti dikabulkan kok.”

2. Buat skala prioritas

Kenalkan konsep skala prioritas pada si prasekolah dalam bentuk yang sederhana. Cara ini memungkinkan anak belajar menentukan apa yang betul-betul diinginkannya dan menyadari kalau permintaannya tak selalu bisa didapat. Contoh, bila dia tertarik pada suatu mainan, coba identifikasi apakah mainan itu sebenarnya sudah dimilikinya. “Kakak kan sudah punya mainan seperti itu. Coba deh ingat-ingat lagi. Lagi pula Kakak kan sedang membutuhkan pensil warna untuk lomba menggambar. Yuk kita cari yang Kakak butuhkan saja.” Sederhananya, prioritaskan kebutuhannya, bukan keinginannya.

3. Ajarkan menunda keinginan

Jelaskan bahwa tak semua yang ia mau harus didapat. Umpama, karena ayah tak punya uang, jadi tak bisa membelikan mobil-mobilan. Kalaupun dia tetap bersikukuh, jelaskan bahwa mainan itu harganya mahal. “Wah, harganya mahal, Nak. Ibu tak punya uang sebanyak itu.” Diharapkan anak terlatih untuk bisa menunda keinginannya. Sekaligus anak juga belajar berempati. Paling tidak dia belajar merasakan bahwa orangtuanya sedang tak punya uang yang cukup sehingga tak bisa membelikan apa yang ia mau.
Selalu memenuhi keinginan anak justru memiliki dampak negatif, yakni akan membuat egosentrismenya kian menjadi. Ia jadi menganggap, segala sesuatu bisa didapatnya hanya dengan rengekan. Selain jadi konsumtif, anak pun sama sekali tidak belajar mengasah kemampuannya memilah-milah sekaligus menentukan pilihan. Akibatnya, ia terbiasa gemar membeli barang-barang yang sebenarnya kurang dibutuhkan.

4. Jangan “obral” janji

Terkadang kita berusaha mengalihkan perhatian dengan cara mengumbar janji. Misal, “Nanti saja deh, kalau Ibu sudah punya uang, pasti Ibu beli.” Atau. “Besok saja ya, soalnya Ayah lagi buru-buru nih.” Tapi janji tinggal janji, kemauan anak tak terpenuhi juga. Alhasil, anak menagih janji sampai kita benar-benar mewujudkannya. Jadi, jangan mengobral janji dan jangan beranggapan kalau anak mudah dibohongi. Anak justru akan kecewa bila diberi janji kosong. Bila hal ini terjadi berulang kali anak tak percaya atau respek pada orangtua.
 
5. Tepati bila berjanji

Bila kita sudah kadung berjanji maka kita harus menepatinya. “Mama kan janji mau membelikamu boneka kalau  sudah ada uangnya.” Kalimat ini menunjukkan kalau kita benar-benar menepati janji. Bila ada kesesuaian antara janji dengan kenyataan maka anak pun akan belajar untuk menepati apa yang diucapkannya.

6. Jangan dimarahi

Terkadang orangtua juga jadi kesal karena selalu dituntut oleh sang anak seperti itu. Alhasil, malah marah atau justru diam tak menggubris kemauan anak. Tanpa ada penjelasan kenapa kita marah atau tak mau menanggapinya. Lantaran itu, justru anak jadi merasa tak diperhatikan. Anak jadi bertanya-tanya, “Kenapa ya, mama jadi marah begitu?” Jadi sebaiknya jelaskan saja alasannya kenapa kita tak segera mengabulkan permintaannya. Toh, dengan bahasa yang mudah dipahaminya, anak pun bisa mengerti juga.

7. Ketahui alasannya

Yang jadi persoalan juga, ketika menginginkan sesuatu, dia begitu ngototnya. Tapi, setelah didapat apa yang dimaunya, dia malah cuek dan beralih pada hal lain yang lebih menarik. Jadi, dia tak memedulikan lagi apa yang sudah didapatnya itu. Bila itu yang terjadi, tanyakan padanya, “Tadi kamu sampai nangis-nangis minta mainan itu, tapi kok sekarang disimpan di kotak mainan. Kenapa?” Dengarkan alasan si prasekolah, mungkin dia belum bisa memainkannya atau mungkin sebenarnya dia memang benar-benar tak terlalu suka dengan mainan itu. Atau misalnya, ketika dia minta dibelikan makanan tertentu, dikiranya enak ternyata rasanya pedas. Maka ketahui dulu alasannya menginginkan sesuatu. Lalu katakan, “Janji ya, mainan yang kamu minta betul-betul terpakai. Kalau tidak, besok-besok tidak beli lagi.” Jika kesepakatan dilanggar, anak boleh diberi sanksi, umpamanya tidak ke kebun binatang di akhir minggu, atau tidak nonton acara kesukaannya di malam hari.

ARTIKEL TERKAIT: